Kisah hidupku bermula sejak dipersatukannya dua insan dalam satu ikatan pernikahan, Andi Muhammad Yani dan Andi Asmawati.
Jam terus berputar, hari kemudian berganti, sembilan bilan sudah aku menumpang dalam perut ibunda. Sudah habis masa. Sudah tiba waktumya aku harus menyaksikan dunia. Pada tanggal 22 mei 1989, peristiwa plu-plus itu terjadi. ada haru yang melahirkan tetesan air mata. Ada harapan yang berkecamuk. Namun, ada pula kesedihan. Konon proses kelahiranku mengalami hambatan berarti. aku sulit dilahirkan. Ibu yang sudah bermandikan peluh, telah kehabisan tenaga. Sang dukun profesional juga tak kalah pusingnya, mungkin baru kali ini Ia menjalani proses sesulit itu.
Keadaan bereubah menjadi sangat tegang....
Deg...deg..deg
O..ow.. sebuah lampu pijar menyala di atas kepala sang dukun, ternyata baru saja terlintas sebuah ide dalam pikirannya. Dilaetakkannya tangan kanan di atas perut ibu, dan dengan gerakan memutar perut ibuku (wow...sadis banget)...seet...!!!
Alhamdulillah.... tepat 12 menit sebelum pukul 12 WITA, aku terlahir di bumi Latemmamala, kabupaten Soppeng.
Oleh kakek buyutku, aku diberi nama ANDI COLLY POJI. Setelah sebelumnya, au diberi nama oleh Ibunda Andi Wiwi Pratiwi. katanya sih, ANDI COLLY POJI itu nama pahlawan wanita dari sulawesi selatan gitu!. katanya juga COLLI POJIE adalah seorang penyair wanita yang menghapal syair-syair dalam sureq Galigo, itu lo, karya sastra yang paling panjaaang di dunia. trus katanya lagi,
eh... dari tadi katanya-katanya!
katanya siapa sih?
ih.. jangan sewot gitu dong!!!
abisnya, katanya mulu!
itu, ehm.. katanya si anu.. eh, katanya merek!
mereka siapa?
udah deh, pokoknya sumbernya bisa dipercaya ko'!.
makanya banyak baca dong?!
sok, lu!
hu..he...!
kisah berlanjut, ketika umurnya setahun, lahirlah adiknya yang diberi nama ANDI JAYANI TADAMPALI, hingg lima tahun kemudian lahir pula si bungsu ANDI THARIZA NAGAULENG.
Minggu, 22 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
RAHIM
BalasHapusburung-burung masih merenangi suasana
padahal kamar dunia sedang dilanda hampa cuaca
debur laut pun merindukan masuk keranda
akan disampaikan pada siapa
kabar dahaga dari luar dinding kaca?
mulut-mulut sekarang kematian bahasa
dan tangan-tangan kecurian raba
tiba-tiba kaumasukkan daku ke rahim bunda]sebuah ruang berdinding sejarah
lidahku kaku
adzan terpaksa kuteriakkan
dengan sisa arus darahku
tidak terdengar
dan aku memang tak ingin didengar orang
di sini wajahku pucat
biarkan saja pucat!aku tak ingin berbedak
yang kuingin bagaimana senyum gambar-gambar tua ini
kembali menjadimilik dunia